Thursday, 1 December 2016

BIAWAK / VARANUS

1. Klasifikasi Biawak
Klasifikasi ilmiah dari biawak adalah sebagai berikut :
Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas               : Reptilia
Ordo                : Squamata
Famili             : Varanidae
Genus              : Varanus
Spesies            : Biawak kuning (Varanus melinus) atau quince lizard monitor, Biawak ekor biru (Varanus doreanus) atau blue tail lizard monitor, dan Biawak dumeril (Varanus dumerilii) atau Brown Rough Necked, dumeril’s monitor.
         Biawak merupakan hewan yang masuk dalam golongan kadal besar, dalam suku biawak-biawakan (varanidae). Di Indonesia terdapat banyak jenis biawak, tiga diantaranya adalah biawak kuning (Varanus melinus), biawak ekor biru (Varanus doreanus), dan biawak dumeril (Varanus dumerilii).
2. Morfologi
Biawak merupakan jenis kadal terbesar. Salah satu jenis biawak terbesar yang dapat ditemukan di Indonesia adalah komodo (Varanus komodoensis). Auffenberg (1981a) diacu dalam Bennet (1998) mengatakan biawak terkecil yang ditemukan adalah Varanus brevicauda dengan ukuran panjang kurang lebih 23 cm dan berat 20 g. Ditemukan juga biawak air asia (Varanus salvator) terpanjang di Sri lanka dengan panjang 321 cm.          Ukuran tubuh biawak menunjukkan variasi yang banyak dibanding famili dari satwa lain (Pianka 1995) diacu dalam Bennet (1998). Famili yang termasuk dari dua jenis biawak yang berukuran besar yaitu Varanus komodoensis dan biawak terbesar yang pernah ada Megalinia prisca (Bennett 1998).
Biawak kuning (Varanus melinus) adalah dari subgenera Euprepiosaurus, berdekatan dengan spesies Varanus indicus tetapi mudah dibedakan dari warna kuningnya. Panjang total dari spesies ini sekitar 80 – 120 cm. Biawak kuning memiliki ciri-ciri fisik badan berwarna kuning, lidah berwarna pink, bagian leher berwarna hitam dengan kepala batik
3. Habitat dan Makanan
         Habitat adalah suatu daerah yang merupakan kawasan yang terdiri dari berbagai komponen fisik dan biotik yang merupakan satu kesatuan dan dipergunakan sebagai tempat hidup dan berkembangbiak (Alikodra 1990). Biawak melakukan aktivitas di hutan rawa, karena pada tipe habitat ini biawak lebih mudah menjumpai mangsa yang sedang melakukan aktivitas mencari makan dan minum di sekitar daerah perairan (Iyai dan Pattiselano 2005).
         Biawak merupakan satwa predator, yaitu satwa pemangsa atau pemakan daging (karnivora)Menurut Bennet (1998) biawak memakan serangga, kerang, dan sisa-sisa ikan dari biawak dewasa, sedangkan biawak dewasa memakan ular, penyu, telur dan anak buaya, burung, katak, tikus, kera, rusa kecil, bangkai hewan dan bangkai manusia. Shine et al. (1998) menyatakan bahwa biawak memangsa jenis-jenis vertebrata seperti kucing, tikus, ayam dan jenis invertebrata seperti serangga dan kepiting.
         Jenis biawak kuning wilayah penyebarannya di kepulauan Maluku, Pulau Obi dan Pulau Sula dengan habitat hutan arboreal atau semi terestrial. Jenis makanan dari biawak kuning adalah tikus dan serangga (Anonim IV 2010). Biawak ekor biru tersebar di daerah timur yaitu Papua Nugini dan Australia, dan umumnya habitatnya berupa hutan terestrial. Jenis makanan biawak ekor biru adalah serangga, tikus, dan ikan (Anonim III 2010). Biawak dumeril tersebar di Semenanjung Malaysia dan pulau-pulau besar di Indonesia. Biawak dumeril hidup di habitat dataran rendah dan mangrove. Jenis makanan untuk biawak dumeril antara lain serangga, kepiting, ikan, telur, mamalia kecil dan burung (Anonim VII 2010).
4. Perilaku
          Perilaku merupakan salah satu ekspresi yang ditunjukkan oleh satwa, terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya baik itu internal maupun eksternal (Suratmo 1979). Terdapat beberapa perbedaan sifat perilaku pada satwa yang dipelihara dan satwa liar. Perilaku dikelompokkan menjadi beberapa pola perilaku utama oleh Scott’s (1950) dalam Lehner (1979), yaitu :
1. Perilaku makan dan minum (ingestive behaviour)
2. Perilaku mencari tempat berlindung (shelter seeking)
3. Perilaku bertentangan (agonistic behaviour)
4. Perilaku memelihara (epimeletic behaviour)
5. Perilaku ingin dipelihara (et-epimeletic behaviour)
6. Perilaku meniru (allelomimetic behaviour)
7. Perilaku membuang kotoran (eliminative behaviour)
8. Perilaku memeriksa (investigate behaviour)
        Bentuk perilaku biawak yang sudah menjadi rutinitas harian adalah berjemur (basking). Menurut Gumilang (2002) basking dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 07.30-10.00 WIB dan menjelang sore hari pada pukul 15.30-17.30 WIB dengan lama waktu rata-rata berjemur 87 menit.
         Menurut Bennet (1998), biawak biasanya tidak bersosialisasi dengan binatang lain. Biawak mempunyai kemampuan untuk mendeteksi kehadiran biawak lain dengan mencium bau yang ditinggalkan. Kegiatan berkelahi dapat juga merupakan suatu cara untuk menguji kekuatan biawak tanpa menimbulkan cedera yang serius terutama akibat gigitan.
5. Status
         Biawak kuning, biawak ekor biru dan biawak dumeril termasuk dalam daftar CITES. CITES atau singkatan dari Convention on International Trade in Endangered Species, adalah konferensi yang membahas mengenai status perlindungan satwa di dalam perdagangan. Status biawak kuning, biawak ekor biru, dan biawak dumeril masuk ke dalam kategori Appendiks II, yang artinya pemanfaatan hanya boleh dilakukan dari hasil penangkaran, dan pengambilan di alam jumlahnya dibatasi dengan kuota tertentu.

          Kurang lebih 10 juta berbagai jenis reptil dibunuh untuk dimanfaatkan kulit dan dagingnya yang dipercaya masyarakat dapat dijadikan sebagai obat. Indonesia merupakan salah satu pengekspor kulit reptil yaitu 83% dari kebutuhan kulit dunia dan 75% produk kulit tersebut berasal dari Kalimantan dan Sumatera (Endelen 1998, diacu dalam Gumilang 2001

No comments:

Post a Comment