1. Klasifikasi Biawak
Klasifikasi ilmiah dari biawak
adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Famili : Varanidae
Genus : Varanus
Spesies : Biawak kuning (Varanus melinus) atau quince
lizard monitor, Biawak ekor biru (Varanus doreanus) atau blue
tail lizard monitor, dan Biawak dumeril (Varanus dumerilii)
atau Brown Rough Necked, dumeril’s monitor.
Biawak
merupakan hewan yang masuk dalam golongan kadal besar, dalam suku
biawak-biawakan (varanidae). Di Indonesia terdapat banyak jenis biawak, tiga
diantaranya adalah biawak kuning (Varanus melinus), biawak ekor biru (Varanus
doreanus), dan biawak dumeril (Varanus dumerilii).
2. Morfologi
Biawak
merupakan jenis kadal terbesar. Salah satu jenis biawak terbesar yang dapat
ditemukan di Indonesia adalah komodo (Varanus komodoensis). Auffenberg
(1981a) diacu dalam Bennet (1998) mengatakan biawak terkecil yang ditemukan
adalah Varanus brevicauda dengan ukuran panjang kurang lebih
23 cm dan berat 20 g. Ditemukan juga biawak air asia (Varanus salvator)
terpanjang di Sri lanka dengan panjang 321 cm. Ukuran
tubuh biawak menunjukkan variasi yang banyak dibanding famili dari satwa lain
(Pianka 1995) diacu dalam Bennet (1998). Famili yang termasuk dari dua jenis
biawak yang berukuran besar yaitu Varanus komodoensis dan
biawak terbesar yang pernah ada Megalinia prisca (Bennett
1998).
Biawak
kuning (Varanus melinus) adalah dari subgenera Euprepiosaurus,
berdekatan dengan spesies Varanus indicus tetapi mudah
dibedakan dari warna kuningnya. Panjang total dari spesies ini sekitar 80 – 120
cm. Biawak kuning memiliki ciri-ciri fisik badan berwarna kuning, lidah
berwarna pink, bagian leher berwarna hitam dengan kepala batik
3. Habitat dan Makanan
Habitat
adalah suatu daerah yang merupakan kawasan yang terdiri dari berbagai komponen
fisik dan biotik yang merupakan satu kesatuan dan dipergunakan sebagai tempat
hidup dan berkembangbiak (Alikodra 1990). Biawak melakukan aktivitas di hutan
rawa, karena pada tipe habitat ini biawak lebih mudah menjumpai mangsa yang
sedang melakukan aktivitas mencari makan dan minum di sekitar daerah perairan
(Iyai dan Pattiselano 2005).
Biawak
merupakan satwa predator, yaitu satwa pemangsa atau pemakan daging (karnivora). Menurut
Bennet (1998) biawak memakan serangga, kerang, dan sisa-sisa ikan dari biawak
dewasa, sedangkan biawak dewasa memakan ular, penyu, telur dan anak buaya,
burung, katak, tikus, kera, rusa kecil, bangkai hewan dan bangkai manusia.
Shine et al. (1998) menyatakan bahwa biawak memangsa
jenis-jenis vertebrata seperti kucing, tikus, ayam dan jenis invertebrata
seperti serangga dan kepiting.
Jenis
biawak kuning wilayah penyebarannya di kepulauan Maluku, Pulau Obi dan Pulau
Sula dengan habitat hutan arboreal atau semi terestrial. Jenis makanan dari
biawak kuning adalah tikus dan serangga (Anonim IV 2010). Biawak ekor biru
tersebar di daerah timur yaitu Papua Nugini dan Australia, dan umumnya habitatnya
berupa hutan terestrial. Jenis makanan biawak ekor biru adalah serangga, tikus,
dan ikan (Anonim III 2010). Biawak dumeril tersebar di Semenanjung Malaysia dan
pulau-pulau besar di Indonesia. Biawak dumeril hidup di habitat dataran rendah
dan mangrove. Jenis makanan untuk biawak dumeril antara lain serangga,
kepiting, ikan, telur, mamalia kecil dan burung (Anonim VII 2010).
4. Perilaku
Perilaku
merupakan salah satu ekspresi yang ditunjukkan oleh satwa, terhadap
faktor-faktor yang mempengaruhinya baik itu internal maupun eksternal (Suratmo
1979). Terdapat beberapa perbedaan sifat perilaku pada satwa yang dipelihara
dan satwa liar. Perilaku dikelompokkan menjadi beberapa pola perilaku utama
oleh Scott’s (1950) dalam Lehner (1979), yaitu :
1. Perilaku makan dan minum (ingestive behaviour)
2. Perilaku mencari tempat berlindung (shelter
seeking)
3. Perilaku bertentangan (agonistic behaviour)
4. Perilaku memelihara (epimeletic behaviour)
5. Perilaku ingin dipelihara (et-epimeletic
behaviour)
6. Perilaku meniru (allelomimetic behaviour)
7. Perilaku membuang kotoran (eliminative behaviour)
8. Perilaku memeriksa (investigate
behaviour)
Bentuk
perilaku biawak yang sudah menjadi rutinitas harian adalah berjemur (basking).
Menurut Gumilang (2002) basking dilakukan pada pagi hari
sekitar pukul 07.30-10.00 WIB dan menjelang sore hari pada pukul 15.30-17.30
WIB dengan lama waktu rata-rata berjemur 87 menit.
Menurut
Bennet (1998), biawak biasanya tidak bersosialisasi dengan binatang lain. Biawak
mempunyai kemampuan untuk mendeteksi kehadiran biawak lain dengan mencium bau
yang ditinggalkan. Kegiatan berkelahi dapat juga merupakan suatu cara untuk
menguji kekuatan biawak tanpa menimbulkan cedera yang serius terutama akibat
gigitan.
5. Status
Biawak
kuning, biawak ekor biru dan biawak dumeril termasuk dalam daftar CITES. CITES
atau singkatan dari Convention on International Trade in Endangered
Species, adalah konferensi yang membahas mengenai status perlindungan satwa
di dalam perdagangan. Status biawak kuning, biawak ekor biru, dan biawak
dumeril masuk ke dalam kategori Appendiks II, yang artinya
pemanfaatan hanya boleh dilakukan dari hasil penangkaran, dan pengambilan di
alam jumlahnya dibatasi dengan kuota tertentu.
Kurang
lebih 10 juta berbagai jenis reptil dibunuh untuk dimanfaatkan kulit dan
dagingnya yang dipercaya masyarakat dapat dijadikan sebagai obat. Indonesia
merupakan salah satu pengekspor kulit reptil yaitu 83% dari kebutuhan kulit
dunia dan 75% produk kulit tersebut berasal dari Kalimantan dan Sumatera
(Endelen 1998, diacu dalam Gumilang 2001
No comments:
Post a Comment